Purwatining
- Tak terasa hari berlalu begitu cepat, tahu-tahu hari sudah sore dan
adzan maghrib segera tiba menunjukkan waktu berbuka telah tiba. Setelah
berbuka takjil di masjid Nabawi dan shalat maghrib berjamaah, aku
bergegas menuju hotel untuk makan nasi, maklum namanya juga orang
Indonesia meski sudah berbuka kurma, roti dan yoghurt perut masih
menuntut nasi karena dikepala terprogram bahwa belum makan nasi berarti
belum makan.
Makan tak bisa dinikmati pelan-pelan karena dikepala terpikir untuk bersegera ke masjid kembali agar bisa mendapatkan tempat yang nyaman untuk shalat Isya dan shalat Tarawih. Maklum karena hari pertama Ramadhan dan baru pertama kali mau shalat Tarawih jadi belum tahu seberapa padat jamaah di masjid, maka ke masjid harus lebih awal biar tidak berebutan tempat shalat.
Kalau di Indonesia jarak antara sholat maghrib dan isya kurang lebih satu jam, disini sekitar 2 jam, lumayan panjang waktu untuk berkegiatan berbuka, shalat maghrib dan beribadah lainnya dimasjid. Jam menunjukkan pukul 21.00 waktu Madinah saat berkumandang adzan Isya. Jarak antara adzan dan iqamah kurang lebih 20 menit sehingga ada tersedia cukup banyak waktu untuk melakukan Shalat Rawatib Qabliyah Isya.
Shalat Isya 4 rakaat berjalan cepat karena 2 surah yang dibaca surah pendek-pendek. Tiba saatnya kemudian untuk shalat Tarawih yang kutunggu-tunggu. Shalat tarawih sebanyak 20 rakaat dilaksanakan 2 rakaat 2 rakaat dan witir 3 rakaat (2 rakaat dan 1 rakaat). Bacaan surah yang dibaca mulai awal yaitu Surah Al-Baqarah yang panjang itu. Suara imam yang begitu syahdu mengalunkan bacaan ayat-ayat suci membuat hati ini tergetar, apalagi imam sempat tergetar dan berhenti bacaannya menahan isak tangis, membuat hatiku menjadi ikut sesak, rasa tak kuat menahan luapan rasa yang mendesak-desak dalam dada.
Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya. Beberapa kali imam berusaha melanjutkan bacaan tapi tak kuasa karena suara terisak tak mampu ditahannya. Beberapa detik setelah mampu mengendalikan perasaan, imampun mampu melanjutkan bacaan Surah Al-Baqarah itu. Aku membayangkan betapa sesak dada sang imam saat membaca Surah Al-Baqarah karena begitu menghayati makna ayat demi ayat yang dibacanya. Sedangkan aku yang tidak paham artinya saja tak kuasa menahan tetesan air mata dipipi, apalagi jamaah lainnya, terutama bangsa Arab yang memahami kata demi kata, mereka pun ikut terisak-isak bersama imam. Sungguh shalat tarawih yang menggetarkan hati.
Aku sangat menikmati suara imam dalam mengalunkan bacaan Surah Al-Baqarah, begitu indah, merdu dan menyentuh hati, sehingga tak terasa sepuluh rakaat pertama telah terlewati. Sebelum melanjutkan sepuluh rakaat berikutnya ada jeda waktu beberapa saat lebih lama dari jeda sebelumnya untuk memberi waktu bagi jamaah yang hanya mengikuti shalat tarawih 11 rakaat keluar masjid.
Ya, semua masjid di Saudi ini menjalankan shalat tarawih sebanyak 11 rakaat, hanya Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang melakukan shalat tarawih 23 rakaat. Rasulullah saw pun dulu menjalankan shalat tarawih sebanyak 11 rakaat, pada jaman salah satu sahabatnyalah shalat tarawih dilaksanakan sebanyak 23 rakaat dan berlaku sampai dengan saat ini, begitu uraian penjelasan Ustadz pembimbing kami. Sehingga imampun menghormati jamaah yang hanya mengikuti tarawih sepuluh rakaat pertama saja.
Jam menunjukkan pukul 23.00 waktu setempat saat kami meninggalkan masjid Nabawi, tak terasa, ternyata shalat isya dan tarawih ini dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 2 jam. Kebayang kalau ini dilakukan di kampungku, pasti jemaahnya hanya satu dua, itupun pasti yang sudah sepuh-sepuh.
Cara Mudah & Cepat Menunaikan Ibadah Haji dan Umrah Tanpa Kendala Biaya
Makan tak bisa dinikmati pelan-pelan karena dikepala terpikir untuk bersegera ke masjid kembali agar bisa mendapatkan tempat yang nyaman untuk shalat Isya dan shalat Tarawih. Maklum karena hari pertama Ramadhan dan baru pertama kali mau shalat Tarawih jadi belum tahu seberapa padat jamaah di masjid, maka ke masjid harus lebih awal biar tidak berebutan tempat shalat.
Kalau di Indonesia jarak antara sholat maghrib dan isya kurang lebih satu jam, disini sekitar 2 jam, lumayan panjang waktu untuk berkegiatan berbuka, shalat maghrib dan beribadah lainnya dimasjid. Jam menunjukkan pukul 21.00 waktu Madinah saat berkumandang adzan Isya. Jarak antara adzan dan iqamah kurang lebih 20 menit sehingga ada tersedia cukup banyak waktu untuk melakukan Shalat Rawatib Qabliyah Isya.
Shalat Isya 4 rakaat berjalan cepat karena 2 surah yang dibaca surah pendek-pendek. Tiba saatnya kemudian untuk shalat Tarawih yang kutunggu-tunggu. Shalat tarawih sebanyak 20 rakaat dilaksanakan 2 rakaat 2 rakaat dan witir 3 rakaat (2 rakaat dan 1 rakaat). Bacaan surah yang dibaca mulai awal yaitu Surah Al-Baqarah yang panjang itu. Suara imam yang begitu syahdu mengalunkan bacaan ayat-ayat suci membuat hati ini tergetar, apalagi imam sempat tergetar dan berhenti bacaannya menahan isak tangis, membuat hatiku menjadi ikut sesak, rasa tak kuat menahan luapan rasa yang mendesak-desak dalam dada.
Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya. Beberapa kali imam berusaha melanjutkan bacaan tapi tak kuasa karena suara terisak tak mampu ditahannya. Beberapa detik setelah mampu mengendalikan perasaan, imampun mampu melanjutkan bacaan Surah Al-Baqarah itu. Aku membayangkan betapa sesak dada sang imam saat membaca Surah Al-Baqarah karena begitu menghayati makna ayat demi ayat yang dibacanya. Sedangkan aku yang tidak paham artinya saja tak kuasa menahan tetesan air mata dipipi, apalagi jamaah lainnya, terutama bangsa Arab yang memahami kata demi kata, mereka pun ikut terisak-isak bersama imam. Sungguh shalat tarawih yang menggetarkan hati.
Aku sangat menikmati suara imam dalam mengalunkan bacaan Surah Al-Baqarah, begitu indah, merdu dan menyentuh hati, sehingga tak terasa sepuluh rakaat pertama telah terlewati. Sebelum melanjutkan sepuluh rakaat berikutnya ada jeda waktu beberapa saat lebih lama dari jeda sebelumnya untuk memberi waktu bagi jamaah yang hanya mengikuti shalat tarawih 11 rakaat keluar masjid.
Ya, semua masjid di Saudi ini menjalankan shalat tarawih sebanyak 11 rakaat, hanya Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang melakukan shalat tarawih 23 rakaat. Rasulullah saw pun dulu menjalankan shalat tarawih sebanyak 11 rakaat, pada jaman salah satu sahabatnyalah shalat tarawih dilaksanakan sebanyak 23 rakaat dan berlaku sampai dengan saat ini, begitu uraian penjelasan Ustadz pembimbing kami. Sehingga imampun menghormati jamaah yang hanya mengikuti tarawih sepuluh rakaat pertama saja.
Jam menunjukkan pukul 23.00 waktu setempat saat kami meninggalkan masjid Nabawi, tak terasa, ternyata shalat isya dan tarawih ini dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 2 jam. Kebayang kalau ini dilakukan di kampungku, pasti jemaahnya hanya satu dua, itupun pasti yang sudah sepuh-sepuh.
Cara Mudah & Cepat Menunaikan Ibadah Haji dan Umrah Tanpa Kendala Biaya
0 komentar:
Posting Komentar